Link Group Wa Media Dakwah Mushaira
bit.ly/GroupKajianIkhwan
bit.ly/GroupKajianAkhwat
ABU HURAIRAH RADHIYALLAHU ANHU DALAM PANDANGAN SALAFUSH SHALIH[1]
PENGAKUAN PARA TABI’IN DAN TABI’ TABI’IN
▪️Para tabi’in memberikan tautsiq (rekomendasi, pengakuan) terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu anhu baik dengan perkataan maupun perbuatannya.
Sejarah fiqh Islam telah mengenal nama tujuh pakar fiqh Madinah (fuqaha as sab’ah), yang ketenaran mereka telah melampaui ufuk pada masa mereka dan pada generasi setelahnya. Disebabkan mereka dikenal banyak mengumpulkan hadits, kecemerlangan dan kelurusan berfikir, (memiliki) akal yang cerdas dan ketinggian dalam beristimbat (menyimpulkan) hukum dari orang yang semasa dan seusia mereka.
Orang yang meneliti dan memeriksa riwayat-riwayat para pakar fiqih yang tujuh (fuqaha as sab’ah) ini, akan mendapatkan lima dari mereka meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Mereka itu ialah: Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam, Urwah bin Al Zubair, Said bin Al Musayyib, Sulaiman bin Yassaar dan Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud.
▪️Abu Zinad memasukkan empat orang yang menjadi pakar fiqih terbaik Madinah, yaitu: Said bin Al Musayyib, Urwah, Qabishah bin Dzuaib dan Abdul Malik bin Marwan. Dan Qabishah termasuk rawi yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Demikian juga Abdul Malik termasuk rawi yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Dialah yang kemudian menjadi khalifah.
Jika memeriksa dan meneliti daftar rawi yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , niscaya kita akan mendapatkan betapa banyak tokoh pakar fiqh selain mereka yang dikenal kelebihan dan kepakarannya oleh orang-orang yang hanya memiliki sedikit telaah kitab-kitab fiqh, hadits dan tafsir. Mereka, ialah: Al Hasan Al Basri, Abu Shalih As Samman, Al Muqbiri, Thawus, Abu Idris Al Khaulani, Amir bin Asy Sya’bi, Muhammad bin Ka’ab Al Quradhi, Muhammad bin Al Munkadir, Abu Aliyah Al Riyahi, Umu Ad Darda’ Ash Shughra (istri Abu Darda’ ra), Amr bin Dinaar, Amr bin Maimun Al Audi, Muhammad bin Ibrahim At Taimi, Abu Al Mutawakkil An Naji dan yang semisal dengan mereka. Riwayat mereka dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu ini menunjukkan pengakuan yang sangat jelas bagi seorang yang berlaku adil dan obyektif.
▪️Seperti mereka juga, dalam hal ini ialah anak-anak para sahabat yang telah memadukan keutamaan dan kelebihan nasab serta kedalaman ilmu fiqh, seperti Abu Salamah dan Humaid, keduanya putra Abdurrahman bin Auf; Salim bin Abdullah bin Umar bin Al Khaththab; Sa’id bin Al Musayyib; Ubaidillah bin Abdullah bin Utbab; Isa dan Musa, keduanya putra Thalhah bin Ubaidillah (Thalhah ini adalah salah seorang yang mendapat jaminan surga); Nafi’ bin Jubair bin Muth’im; Abu Burdah bin Abu Musa Al Asy’ari dan Yazid bin Abdullah bin Asy Syukhair Al Amiri, dan lainnya dari anak-anak para sahabat yang orang tuanya kurang terkenal dibanding dengan mereka. Misalnya seperti: Muhammad bin Iyas bin Bukair yang dilahirkan pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ayah dan kedua pamannya yang bernama ‘Aqil dan Khalid’ termasuk orang yang ikut serta menyaksikan perang Badar. Khaitsamah bin Abdurrahman bin Abu Sibrah, ayah dan kakeknya termasuk sahabat, dia seorang terpercaya (tsiqat) dan orang shalih dari penduduk Kufah. Abdurrahman bin Udzainah bin Salamah Al Abdi; serta lainnya seperti orang-orang yang menjabat sebagai hakim, atau mereka yang termasuk dalam kelompok yang berperang bersama Ali Radhiyallahu anhu. Mereka semua meriwayatkan hadits-hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
▪️Dan seperti mereka juga, ialah cucu-cucu para sahabat. Misalnya: Hafsh bin Ubaidillah bin Anas bin Malik, Tamamah bin Abdullah bin Anas, Abu Zur’ah bin Amr bin Jarir bin Abdullah Al Bajalli, Hafsh bin Ashim bin Umar bin Khaththab dan Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah Al Anshari, dan semisal mereka yang kakek-kakeknya kurang dikenal dibandingkan mereka yang tersebut di atas.
Fakta ini menunjukkan, bahwa riwayat para tabi’in dari kalangan anak dan cucu-cucu para sahabat (yang diambil) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu merupakan pengakuan terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
▪️Diantara perbuatan yang menunjukkan adanya pengakuan mereka juga -secara implisit- yaitu kepergian mereka meminta fatwa kepada Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, seperti yang dilakukan oleh Abu Katsir Al Yamani, ketika ia berkata: Aku memasuki Madinah dari Yamamah saat banyaknya orang yang berbeda pendapat dalam hal nabidz (anggur yang telah disimpan, hampir menjadi arak). Aku menemui Abu Hurairah Radhiyallahu anhu untuk bertanya kepadanya tentang hal tersebut. Lalu aku berjumpa dengannya, dan akupun bertanya,”Wahai, Abu Hurairah. Sesungguhnya aku datang dari Yamamah untuk bertanya kepadamu tentang nabidz. Maka sampaikanlah kepadaku hadits dari Nabi n , dan jangan engkau sampaikan selainnya.” Diapun menjawab,”Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Khamr itu terbuat dari anggur dan kurma.”
Diantara perbuatan para tabi’in dari Kufah yang menunjukkan pengakuan mereka terhadap Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, yaitu ketika Abu Hurairah Radhiyallahu anhu singgah ke tempat mereka. Lalu mereka meminta agar beliau Radhiyallahu anhu meriwayatkan hadits untuk mereka.
▪️Seorang tabi’in yang terhormat, Qais bin Abu Hazim rahimahullah menyatakan: Abu Hurairah Radhiyallahu anhu singgah di tempat kami di Kufah. Antara Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dengan maula (orang yang membebaskan perbudakan) kami ada hubungan kekerabatan. -Sufyan, yakni Ibnu Uyainah berkata,”Dia adalah maula Al Ahmas.”- Qais berkata,”Maka kami mendatanginya seraya mengucapkan salam kepadanya.” Sufyan berkata lagi, ”Maka penduduk tempat tersebut mendatanginya, dan bapakku berkata padanya, ’Wahai, Abu Hurairah. Mereka adalah orang-orang yang masih satu nasab denganmu. Mereka mendatangimu untuk mengucapkan salam kepadamu, kemudian ceritakanlah kepada mereka hadits dari Rasulullah” Ia berkata,”Selamat datang kuucapkan kepada mereka.”
???? PENGAKUAN DARI PARA PENGIKUT TABI’IN (TABI’IT TABI’IN) DAN ORANG-ORANG SETELAH MEREKA TERHADAP ABU HURAIRAH RADHIYALLAHU ANHU
▪️Asy Syafi’i rahimahullah menyebutkan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dan lainnya “Emas dengan emas (adz dzahab bi adz dzahab)” yang menyelisihi hadits Usamah bin Zaid Radhiyallahu anhu yang berbunyi “Riba itu hanya ada pada riba an nasiah”. Lalu beliau dan yang sependapat dengannya merajihkan (menguatkan) hadits Abu Hurairah ra daripada hadits Usamah Radhiyallahu anhu tersebut, karena banyaknya perawi, yang mereka lebih hafal dan lebih tua dalam usia daripada Usamah. Juga karena Usamah Radhiyallahu anhu bersendirian dalam meriwayatkan hadits, kemudian (Asy Syafi’i) berkata,”Dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu lebih tua dan orang yang paling hafal meriwayatkan hadits pada masanya.”
Ini merupakan pengakuan sangat berharga yang bersumber dari Imam Asy Syafi’i rahimahullah. Imam Syafi’i merupakan seorang tokoh yang terkenal memiliki kekuatan hafalan, fiqh, kejeniusan dan kepakarannya; ditambah (lagi), ia memiliki kezuhudan dan sikap wara’ (bersahaja) yang tinggi.
▪️Al Imam Ath Thahawi rahimahullah -seorang pakar fiqh generasi awal madzhab Hanafi, dan dia ini memiliki riwayat dari guru-guru Imam Bukhari dan Muslim- ia berkata,”Sesungguhnya kita berprasangka baik (memuji) terhadap Abu Hurairah.”
Diantara (pengakuan terhadapnya) juga, yaitu pengkhususan At Tirmidzi rahimahullah (dalam) satu bab tentang manaqib Abu Hurairah Radhiyallahu anhu pada juz 13 dalam kitab Jami’-nya halaman 225 sampai halaman 229. Juga Al Hakim Al Kabir Abu Ahmad, guru Al Hakim Ash Shaghir penulis kitab Al Mustadrak berkata,”Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu adalah seorang yang paling hafal dibandingkan dengan sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (lainnya), dan (dia) seorang yang paling setia bermulazamah terhadap Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Sedangkan muridnya, yaitu Al Hakim Abu Abdillah, penulis kitab Al Mustadrad berkata,”Sesungguhnya, semua orang yang ingin menghafal hadits dari awal mulanya Islam hingga masa kita sekarang. Maka mereka termasuk pengikut dan penolong setia Rasulullah. Dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu adalah orang yang paling awal dan paling berhak dengan gelaran Al Hifzh.”
▪️Al Hakim rahimahullah juga berkata di akhir pasal manaqib Abu Hurairah Radhiyallahu a’nhu, yang ia khususkan dalam Al Mustadrak, ”Allah yang menjaga kita dari menyelisihi Rasul Rabb semesta alam, sahabat-sahabatnya yang terpilih, para pemuka agama dari kalangan tabi’in, dan orang-orang yang setelah mereka dari kalangan pemimpin kaum muslimin dalam penjagaan syari’at agama kepada kita dengan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.”
Ketahuilah, bahwa Al Hakim rahimahullah yang menyebarkan mutiara ini termasuk yang dikenal dengan tasyayyu’ (pendukung setia Ali Radhiyallahu anhu), namun tasyayyu’ zaman itu tidak seperti sekarang ini. Demikian juga Al Hafizh Abu Nu’aim Al Ashbahani, penulis kitab Hilyatu Al Auliya’ berkata,”Abu Hurairah adalah orang yang paling hafal terhadap hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan para sahabat.”
▪️Sedangkan Syamsul A’immah As Sarkhasi Al Hanafi rahimahullah yang wafat tahun 490 H, penulis kitab Al Mabsuth berkata,”Sesungguhnya Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu termasuk seseorang, yang tidak ada seorangpun meragukan ‘adalah (kejujuran, kepercayaan serta ketaqwaannya, Pent.) nya dan persahabatannya yang lama dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Begitu juga kekuatan hafalan dan ketelitiannya. Sungguh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendo’akan untuknya dengan hal itu (kekuatan hafalan) terhadap apa yang ia riwayatkan,” kemudian ia berkata,”Dia adalah orang yang sudah terkenal keadalahan, kekuatan hafalan dan ketelitiannya.”
▪️Al Imam Adz Dzahabi rahi,ahullah berkata,”Dia seorang hafizh yang faqih, ladangnya ilmu, dan termasuk tokoh senior dalam fatwa (kibaru a’immati ala fatwa), disamping ketinggian ibadah serta tawadhu’nya.” Dia juga memuji Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dengan mensifatinya “Imam bagi para mujtahid, pemimpin para penghafal (hufazh) yang tekun, teliti serta cermat (tsibt), dan ia telah membawa ilmu yang banyak dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik dan penuh berkah di dalamnya. Dalam jumlah banyaknya, seorangpun tidak ada yang menyamai dan menyetarainya. Beliau juga, (dia) seorang yang berakhlaq mulia, kuat hafalannya. Kami tidak menemukan kekeliruannya dalam meriwayatkan hadits. Dia juga tokoh rujukan dalam Al Qur ‘an, As Sunnah dan fiqh.”
▪️Sedangkan lbnu Katsir rahimahullah, penulis kitab tafsir dan tarikh berkata, ”Sungguh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu termasuk orang yang memiliki kejujuran, kekuatan hafalan, ketaqwaan, ketaatan beribadah, zuhud, dan beramal shalih dalam tingkat yang cukup besar. Dia juga memiliki keutamaan dan manaqib yang banyak, memiliki tutur kata yang baik dan nasihat yang banyak.”
Begitulah kita melihat, betapa banyak perkataan dan sikap perbuatan yang memberikan tautsiq (pengakuan), baik dari kalangan para sahabat ataupun orang-orang setelah mereka dari abad abad pilihan, hingga abad berikutnya.
Demikianlah sekilas tentang Abu Hurairah Radhiyallahu anhu menurut pandangan Salafush Shalih dari kalangan para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Cukuplah sebagai bekal menjawab syubhat-syubhat yang dilontarkan oleh orang-orang yang tidak senang kepada Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , yang dengan berbagai cara melontarkan opini yang rancu dan dusta atas beliau Radhiyallahu anhu . Hendaklah kita renungkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abu Sa’id Al Khudri.
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, niscaya kalian tidak bisa mencapai satu mud atau separuh mud derajat mereka. [HR Bukhari].
Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun VIII/1425H/2004. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
Footnote
[1]. Diangkat dari kitab Difa’un ‘An Abi Hurairah.
Referensi : https://almanhaj.or.id/3092-abu-hurairah-radhiyallahu-anhu-dalam-pandangan-salafush-shalih.html
(gwa-saudara-muslim-2).