Materi 35 – Model-model Ujub 2: Ujub dengan Penampilan

Materi 35 – Model-model Ujub 2: Ujub dengan Penampilan Foto: Ilustrasi.

Silsilah Amalan Hati dan Penyakit Hati ????

Materi 35 – Model-model Ujub 2: Ujub dengan Penampilan


https://ilmiyyah.com/archives/5521

Klik audio ????????

????️ Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
Adapun ‘ujub model kedua, yaitu:

2. ‘Ujub dengan penampilan
Al-Ghazali berkata: Yaitu ia ‘ujub dengan badannya, tentang indah tubuhnya dan penampilannya, serta sehat dan kuat tubuhnya, serta padanya bentuk tubuhnya dan indahnya paras, serta bagus suaranya.

Ini di antaranya ‘ujub dengan keindahan tubuh, penampilan, gaya, dan paras.
Ada orang ‘ujub dengan penampilannya. Seperti dalam hadits, Rasulullah menyebutkan bagaimana:

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي…

“Ada seorang berjalan, dia memakai dua pakaian yang indah yang kemudian dia ‘ujub karena pakaian tersebut, kemudian Allah benamkan ia dalam bumi.”
Catatan penulis, dalam hadits disebutkan:

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي قَدْ أَعْجَبَتْهُ جُمَّتُهُ وَبُرْدَاهُ إِذْ خُسِفَ بِهِ الأَرْضُ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِي الأَرْضِ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
“Ada orang yang biasa berjalan dengan bangga karena rambutnya yang tebal dan mantelnya yang halus. Dia dibuat tenggelam di bumi dan dia akan terus tenggelam di bumi sampai Kiamat akan datang.” (HR. Muslim)

Ada orang pernah disiksa oleh Allah dengan ‘ujub, karena dia bangga dengan pakaiannya. Jadi penampilan itu bisa membuat orang ‘ujub.

Demikian juga paras yang cantik bisa bikin orang ‘ujub, paras yang tampan bisa bikin orang ‘ujub. Maka seseorang tidak boleh ‘ujub dengan hal ini semua. Karena ketika dia memiliki paras yang cantik atau paras yang tampan, dia merasa lebih hebat daripada yang lainnya, dia lupa bahwasanya itu semua murni dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia tidak punya andil untuk membuat dirinya tampan.

Dan kapan saja Allah bisa cabut semua nikmat tersebut. Allah bisa cabut. Entah dia celaka, entah dia terluka di wajahnya atau mati, bisa saja.
Jadi seseorang tidak perlu ‘ujub dengan parasnya.

Oleh karenanya terlalu banyak dalil dalam syariat bagaimana orang-orang yang berkulit hitam bisa mulia. Seperti Bilal bin Rabah, seorang berkulit hitam dari Habasyah, tetapi Rasulullah mendengar bunyi sendalnya di surga.
Demikian juga Ibnu ‘Abbas pernah berkata kepada muridnya:

ألا أدلّك على امرأة من أهل الجنّة؟

“Maukah aku tunjukan kepada engkau tentang seorang wanita penghuni surga?”

هذِهِ الْمرْأةُ السّوْداءُ
“Inilah perempuan berkulit hitam.”
Dari penampilan mungkin kalah dari yang berkulit putih, mungkin. Tetapi lihatlah ternyata dia penghuni surga. Kenapa? Yaitu karena dia wanita yang sabar.

Demikian dalam hadits, ketika ada seorang wanita berkulit hitam yang suka membersihkan kotoran di masjid. Ketika dia meninggal, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya: “Mana si fulanah yang suka bersih-bersih masjid kok ngga kelihatan?” Kata para sahabat: “Dia sudah meninggal Ya Rasulullah.” Kata Rasulullah: “Kenapa kalian tidak kabarkan kepadaku?”
Nabi ingin menshalatkannya, dia wanita mungkin hitam, tapi suka bersih-bersihkan masjid. Subhanallah.

Kata mereka karena sudah malam, mungkin para sahabat tidak ingin merepotkan Nabi, akhirnya Nabi datang ke kuburannya dan Nabi shalat di kuburan orang tersebut.
Jadi ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, jangan terpedaya dengan penampilan.

 Sebagian orang, misalnya para lelaki yang memiliki kelebihan duit kemudian mereka pakai jam tangan yang mahal, maka kalau ada keperluan boleh karena ada udzur untuk dalam urusan dagang. Tapi kalau sekedar gaya-gayaan, pakai pena yang mahal, pakai sendal yang mahal untuk gaya-gayaan, kemudian barang-barang yang mahal tersebut menjadikan dia merasa tinggi, ini yang musibah, inilah ‘ujub di situ.
Akhirnya dia ‘ujub dan beranjak lagi menjadi sombong. Karena ‘ujub merupakan perantara yang menghantarkan orang sampai kepada tingkat kesombongan.

Demikian juga ibu-ibu yang diberi kelebihan harta oleh Allah, bertakwalah kepada Allah. Harta tersebut bukan untuk dihambur-hamburkan membeli barang-barang mewah, barang branded yang akhirnya menipu diri seseorang. Ketika dia memiliki barang-barang branded dia merasa dirinya tinggi, merasa dirinya hebat, dia lupa Allah tidak menilai itu sama sekali. Yang Allah nilai adalah syukurnya kepada Allah, yang Allah nilai adalah takwanya kepada Allah.

Mungkin ada yang berkata: “Ustadz, saya bisa bertakwa dengan barang-barang mahal,” maka Alhamdulillah kalau kau bisa, tidak semua orang bisa demikian. Jangan menipu diri.
Oleh karenanya kalau dalam hadits disebutkan ada orang bisa ‘ujub gara-gara baju/penampilannya, maka demikian orang sombong dengan kecantikannya, sombong dengan parasnya, sombong dengan fisiknya, sombong dengan indahnya body/jasadnya, penampilan dan yang lainnya.

Maka waspada, ini juga diantara bentuk ‘ujub yang diingatkan oleh para para ulama.
Kembali lagi kita katakan bahwa yang Allah nilai adalah hati seseorang, bukan penampilannya.

والله أعلم بالصواب

(gwa-majelis-ilmu-3).