https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0cMRQbQA6EJ3nhpfyxDMCcnyToJ4paFoZLjEpj6VTCpDGKR7VTmXehDc1CgSNtgGVl&id=100089689908163
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Ushulus Sittah mengatakan bahwa ini adalah syubhat yang dihembuskan setan agar manusia enggan untuk kembali kepada dalil dan enggan mencari petunjuk dari Al Qur'an dan Sunnah.
Syaikh Abdurrazaq Al Abbad ketika menjelaskan bantahan terhadap syubhat ini, beliau menceritakan kisah:
Ada seorang pelaku kesyirikan yang dinasehati oleh seorang awam:
Awam: Hei, jangan kamu lakukan itu, itu syirik. Allah ta'ala berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
"Sembahlah Allah semata dan jangan berbuat syirik!".
Pelaku: Yang kamu sampaikan ini ayat Al Qur'an, yang paham maknanya hanya mujtahid. Kita orang awam jangan sembarang memaknai.
Si awam pun diam.
Lalu datanglah anak perempuan kecil dari si pelaku.
Awam: Ini anakmu?
Pelaku: Iya, ini anak saya, memang kenapa?
Awam: Kenapa tidak kau nikahi saja dia?
Pelaku: Gila kamu, mana mungkin saya menikahi anak sendiri?
Awam: Memang kenapa?
Pelaku: Bukankah Allah ta'ala berfirman:
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ
"Diharamkan bagi kalian ibu kalian dan anak perempuan kalian".
Awam: Yang kamu sampaikan ini ayat Al Qur'an, yang paham maknanya hanya mujtahid. Kita orang awam jangan sembarang memaknai.
Si pelaku tercengang dan terdiam.
Al Qur'an dan Sunnah itu bisa dipahami orang awam sekalipun. Namun tentunya dengan kadar yang berbeda dengan pemahaman ulama. Oleh karena itu tetap wajib bagi kita mencari bimbingan dari Al Qur'an dan Sunnah sesuai dengan kadar yang kita miliki dengan pemahaman yang benar tentunya.
- Faidah dari kajian kitab Al Ushul As Sittah bersama Syaikh Abdurrazaq Al Abbad di Masjid Nabawi tadi pagi.
[15.40, 14/9/2023] +62 812-1030-814: ???? Pendapat ulama jika memperjelas dalil dan sesuai dengan dalil, kita terima. ????
♻️ Namun jika pendapat ulama bertentangan dengan dalil, kita tinggalkan. ❌️
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid028KidG2djFPgtGGA16cQMW5fB8V616iubHQ2vAXruM7d1VXLirPc8EzzZRExbPBjTl&id=100089689908163
Syaikh Shalih Al Fauzan mengatakan:
فالواجب أن نَجتمع على كتاب الله وسُنة رسوله، و ما اختلفنا فيه نردُّه إلى كتاب الله وسُنة رسوله، لايعذر بعضنا بعضاً و نبقى على الاختلاف؛ بل نردُّه إلَى كتاب الله وسُنة رسوله
و ما وافق الْحَقَّ أخذنا به، و ما وافق الخطأ نرجع عنه . هذا هو الواجب علينا ، فلا تبقى اﻷمة مُختلفةً
“Wajib bagi kita semua untuk bersatu di atas Al Qur’an dan As Sunnah. Perkara yang kita perselisihkan, kita kembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasul, bukan malah kita saling bertoleransi dan membiarkan tetap pada perbedaan. Bahkan yang benar adalah kita kembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasul.
Pendapat yang bersesuaikan dengan kebenaran, kita ambil, pendapat yang salah maka kita tinggalkan. Itulah yang wajib bagi kita, bukan membiarkan umat tetap pada perselisihan” (Syarah Ushul As Sittah, 19).
Kembali kepada Dalil Ketika Berselisih Pendapat
https://muslim.or.id/25204-kembali-pada-dalil-ketika-berselisih-pendapat.html
Allah Ta’ala berfirman:
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً)
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, serta ulil amri diantara kalian. Jika kalian berselisih dalam suatu hal, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa: 59).
Mengambil pendapat ulama yang tidak ada dalilnya berarti menjadikan ulama tersebut sebagai rahib-rahib selain Allah.
Allah Ta’ala berfirman tentang orang Nasrani:
(اتَّخَذُواْ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُواْ إِلاَّ لِيَعْبُدُواْ إِلَهًا وَاحِدًا لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ)
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (QS. At Taubah: 31).
Dan ketika Adi bin Hatim radhiallahu’anhu mendengarkan ayat ini, ia berkata: “wahai Rasulullah, sebenarnya kami tidak menyembah mereka”. Lalu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
(أليسوا يحلّون ما حرَّم الله فتحلّونه ويحرِّمون ما أحلَّ الله فتحرِّمونه قال: بلى. قال فتلك عبادتهم)
“bukanlah para rahib itu menghalalkan yang Allah haramkan dan pengikutnya ikut menghalalkannya, lalu para rahib itu mengharamkan apa yang dihalalkan Allah lalu para pengikutnya mengharamkannya?”. Ibnu Hatim menjawab: “Ya”. Rasulullah bersabda: “Maka itulah bentuk penyembahan mereka“.
(gwa-majelis-ilmu-3).