Link Group Wa Media Dakwah Mushaira
bit.ly/GroupKajianIkhwan
bit.ly/GroupKajianAkhwat
50 FAIDAH DARI KISAH LUQMAN AL-HAKIM[3]
Oleh
Prof. Dr. ‘Abdurrazzaaq bin ‘Abdil-Muhsin Al-‘Abbaad
Ini adalah sebagian faidah yang bisa dipetik dari beberapa ayat yang penuh berkah ini. Ringkas kata, sesungguhnya wasiat-wasiat yang disampaikan Luqmân kepada anaknya mengandung beberapa induk hikmah, dan masing-masing manarik hikmah lain yang belum disebutkan.
Setiap wasiat disertai dengan sesuatu yang bisa memotivasi untuk melakukannya, jika wasiat itu berisi perintah; Serta bisa memotivasi untuk meninggalkannya, jika wasiat itu berupa larangan.
Ini semua menunjukkan atas apa-apa yang telah kami sebutkan ketika menafsirkan arti ‘hikmah’. Sesungguhnya dia adalah ilmu tentang hukum, hikmah-hikmah dan keselarasannya.
???? Beliau memerintahkan anaknya untuk menjaga pondasi agama yaitu tauhid dan melarangnya dari perbuatan syirik dan beliau menjelaskan tentang kenapa syirik harus ditinggalkan.
????Beliau rahimahullah juga memerintahkan anaknya agar berbakti kepada kedua orang tua dan menjelaskan sebab-sebab yang mengharuskannya untuk berbakti. Beliau juga memerintahkan anaknya untuk bersyukur kepada Allâh dan bersyukur kepada kedua orang tuanya. Kemudian beliau menyebutkan batasan kewajiban taat kepada kedua orang tua yaitu selama mereka tidak menyuruh untuk melakukan perbuatan maksiat. Meskipun demikian, sang anak tetap tidak boleh durhaka kepada mereka, tetapi harus tetap berbuat baik kepada mereka berdua, meskipun sang anak tidak mematuhi mereka jika mereka memaksa untuk berbuat syirik.
????Beliau memerintahkan anaknya agar terus merasa diawasi oleh Allâh Azza wa Jalla dan menakut-nakutinya dengan mengingatkannya tentang saat harus menghadap-Nya, karena tidak perbuatan baik atau buruk, kecil atau besar yang tertinggal, semuanya akan Allâh datangkan balasannya.
????Beliau melarang anaknya untuk berlaku sombong dan memerintahkannya untuk ber-tawâdhu’ (rendah hati). Beliau melarangnya dari perbuatan angkuh, congkak dan sombong.
????Beliau memerintahkan anaknya untuk tenang dalam bergerak dan bersuara serta melarangnya untuk melakukan sebaliknya.
????Beliau memerintahkan untuk mengajak kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran, mengerjakan shalat dan bersabar, yang keduanya menyebabkan segala perkara menjadi mudah, sebagaimana yang difirmankan oleh Allâh Azza wa Jalla .
Sungguh, orang yang mewasiatkan wasiat-wasiat ini adalah orang yang diberi kekhususan dalam hikmah dan beliau terkenal dengan hikmah tersebut. Oleh karena itu, di antara karunia Allâh Azza wa Jalla kepada seluruh hambanya, Allâh menceritakan kepada mereka sebagian hikmah Luqmân, sehingga hal ini menjadi teladan yang baik untuk mereka.[5]
Saya memohon kepada Allâh Azza wa Jalla dengan semua semua nama-Nya yang maha indah dan semua sifat-Nya yang maha tinggi agar agar Allâh Azza wa Jalla memberikan manfaat dengan ilmu yang telah Allâh Azza wa Jalla ajarkan kepada kita. Semoga Allâh Azza wa Jalla menjadikan apa yang telah kita pelajari sebagai penolong untuk kita dan justru bukan menjadi pencelaka kita. Dan mudah-mudahan Allâh memberikan anugerah kepada kita ilmu yang bermanfaat dan amalan shaleh.
Saya memohon kepada Allâh agar membalas Luqmân Al-Hakîm sebaik-baik balasan dan memberikan maghfirah buat kita dan dia, begitu pula kaum Muslimin dan Muslimat, kaum Mukminin dan Mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.
Wallâhu ta’âla a’lam washallallâhu wa sallama ‘alâ nabiyyinâ Muhammadin wa ‘alâ âlihi wa shahbihî ajma’în.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XVI/1433H/2012M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
Footnote
[1] Diterjemahkan dengan sedikit perubahan dari buku beliau ‘Fawâidu Mustanbathah min Qishshati Luqmân al-Hakîm’ oleh Abu Ahmad Said Yai. Di akhir buku ini beliau berkata, “Asal dari tulisan ini adalah sebuah ceramah yang saya sampaikan di Komplek al-Haramain asy-Syarîfain, kota Hâil, pada hari Rabu, tanggal 28 Muharram 1426 H. Ceramah ini kemudian diketik dari kaset dan saya lakukan sedikit pengeditan. Saya lebih memilih penulisannya tetap seperti ceramah tersebut. Hanya Allah-lah yang memberi taufîq.”
[2] Madârijus-Sâlikîn I/434.
[3] HR al-Bukhâri no. 3009, 3701 dan 4210 dari hadîts Sahl bin Sa’d Radhiyallahu anhu .
[4] Tafsîr Ibni Katsîr (VI/339).
[5] Tafsîr Ibni Sa’di hlm. 762.
Referensi : https://almanhaj.or.id/69422-50-faidah-dari-kisah-luqman-al-hakim3.html
(gwamdm-akwat-jatim).