Oleh: Masjid Benteng Terahir
بسم الله الرحمن الرحيم
Perjalanan Jum'at Menuju Masjidil Haram yang Super Kocak ..
(Bagian ke-2)
Bus dari arah Haram itu telah dipenuhi penumpang, jama'ah Afghant, Yaman, India, Turki tidak terkecuali kami Indonesia.
Bus penuh, berbalik arah menuju kembali ke Haram di jalan raya atap seng, yang luas dan teduh di depan komplek Hotel Mahbas Jin itu adalah hal yang lazim.
Kami berdiri bersama kawan jama'ah kloter.
"Koyo'e awak mlaku maneng Brow ," kataku.
Riyen mawon, maju maleh" kata kawanku.
Ternyata, barisan Askar (polisi-tentara) telah memblokir pintu mulut terowongan jalur Bus ke Haram.
Serentak para penumpang keluar dari Bus, dan berlarian menuju terowongan paling selatan menuju Haram dari empat terowongan yang ada.
Terowongan ini sepertinya paling dekat menuju Haram dibanding, 3 terowongan yang lain.
Tampak jama'ah lain lebih faham tentang terowongan ini.
Ternyata, para tentara dan polisi itu, juga memperlakukan pola buka tutup di lintasan terowongan yang lain, termasuk yang paling selatan - paling dekat menuju Haram sekitar 1,3 km.
Para jama'ah - laki perempuan berlarian sekuat tenaga untuk bisa segera masuk terowongan melintasi pagar Askar itu.
Ada yang bengok-bengok, dan ada yang meloncat pagar, meskipun para Askar itu juga nggak nggubris ..
Yang jelas, peristiwa ini, amat seru !!
Banyak jama'ah yang hore-hore dan pada ketawa kepada para Askar itu setelah berhasil masuk ke terowongan.
Keluar dari terowongan, belok kanan menuju arah Hotel Zam-zam yang super megah itu, menuju pintu besar Haram no 79.
Para Askar, telah menutup semua akses masuk masjid, dengan penjagaan yang amat kokoh.
Jama'ah diarahkan melewati arah melingkar masjid.
Apa boleh buat, semua pintu masjid tertutup.
Jam semakin dekat dengan waktu Adzan Jum'at.
Puluhan-ratusan ribu jama'ah itu harus rela di luar masjid dengan berpanas ria, atau berteduh di tempat sekenanya.
Bersyukur kami, bisa berteduh di bawah jembatan besi yang panjang menuju lantai 2 masjid, dan dekat dengan kran-kran zam-zam.
Haus cukup terasa, botol kosong dari hotel di tas punggung segera kami isi dengan zam-zam cool.
Ada skenario Alloh swt dengan dipilihkan di tempat ini - sebab biasanya kami ada di dalam Haram.
Beberapa hari sebelumnya, ada info bahwa pada jam 12.24 WAS, matahari tepat diatas lintasan Ka'bah.
Jadi pada jam menit detik itu Ka'bah dibawah matahari - tanpa bayangan, maka bayangan-bayangan benda pada waktu yang sama di berbagai belahan bumi yang lain, menunjukkan arah kiblat Ka'bah.
Kami tidak bisa dekat Ka'bah.
Tapi paling tidak, di area Haram yang lebih dekat dengan Ka'bah dibanding dengan di Indonesia.
Di bawah salah satu jembatan besi lintasan menuju lantai 2 masjid Al Haram, di terik panas siang bolong yang jam menunjukkan pukul 11.38 WAS dan seterusnya kami amati dari waktu ke waktu dengan mengambil obyek yang tegak lurus dan rata.
Menyiapkan kamera HP, dan mengambil obyek gambar bayangan di tempat ini amat ideal.
Cukup panas, dan layar kamera HP amat gelap.
Takdir Alloh terus berjalan, datang seorang laki, muda dan trandy.
Dia sibuk cari tempat teduh.
Lalu kami persilakan dekat di kanan kami, dan jama'ah India di kiri kami.
"Mas mari dekat kami, tempat masih cukup !" kataku.
Kami saling kenalan.
Dia dari daerah Rawamangun Jakarta, lulusan Sarjana HI UNPAD Bandung basic usahanya property, datang Haji tgl 6 Dzulhijjah 1443 - beberapa hari sebelum Arofah, Hotel di sekitar Zam-zam, daftar Haji - langsung, tanpa tunggu tahun antre.
Saya tanya, "Ikut Furoda ya Mas ?"
Dia jawab, "Ya pak"
"Bersama istri Mas ?" tanya saya lanjut.
"Ya pak"
"Kena berapa Mas berdua ?"
"640"
(pikir saya, duit kabeh kui)
"Mas, ma'af pinjam payungnya ! "
Boleh pak, silakan ..
Sebab terik panas, payung buat nauangan baca kamera, bisa lebih terang.
Diapun sering tanya tentang yang kami lakukan berkenaan dengan obyek kami, dan kami bilang, untuk tambahan liretasi.
Suatu hal lagi literasi pada Jum'at ini, yakni yang Furoda dengan 320 jutanya vs yang reguler nunggu 11 tahun, sama-sama sholat Jum'at di bawah Jembatan besi, berlantai bekas kotoran kering burung dara dan beralas selembar sajadah.
Yang jelas beda, adalah :
Menunya, prasmanan vs nasi kotak grenjeng ..
Ingat pesan Nabi saw :
"Alloh tidak melihat cassing, harta, dan status kalian, akan tetapi Alloh swt melihat hati kalian."
(Al Hadits)
Semoga Berkah dan Mabrur
(gwa-kisah-dai-ddii-jatim).