Perbandingan Pilpres Langsung dan Perwakilan Musyawarah Ala UUD 1945

Perbandingan Pilpres Langsung dan Perwakilan Musyawarah Ala UUD 1945 Foto: Ilustrasi.

PERBANDINGAN SISTEM PILPRES LANGSUNG ALA UUD 2002 DENGAN PILPRES PERWAKILAN MUSYAWARAH ALA UUD45.

Oleh : Drs. M.Hatta Taliwang, M.I.Kom, mantan anggota DPR/ MPR RI.

I. SISTEM PILPRES LANGSUNG ALA UUD 2002.

1.Pilpres langsung karena peran partai dominan, sementara partai mata duitan, ya mau saja calonkan Presiden  yg tak jelas kualitasnya, karena fulus dari sponsor( para cukong) , minimal 1 triliun kata Bambang Soesatyo utk kuasai sebuah Partai.

2.Dengan Sistem Pilpres Langsung meskipun kita punya calon bagus, kalau  para oligarki  tidak sreg  bisa saja di kerjain di proses pencalonan atau diberbagai titik proses pemilihan. Bisa dibully, dijegal di saat sebelum  Pilpres atau saat Pilpres  berlangsung. Bisa di jegal disaat penghitungan suara di KPU.

3.Dengan sistem one man one vote dlm Pilpres langsung, menyamakan suara 1 orang gila dengan suara 1 Guru Besar, waras tidak ?

4. Biaya Pilpres langsung sampai puluhan trilyun utk KPU dan  triliunan dari kantong capres atau kantong cukong menghasilkan orang yg belum tentu sesuai harapan rakyat.
Belum tentu juga sesuai harapan cukong.

5. Biaya sosial, psikologis juga mahal. Suasana kampanye merusak hubungan sosial psikologis masyarakat karena banyak hoaks hingga fitnah, hubungan antar warga kurang harmonis dan saling prasangka dll. Rakyat terbelah berkepanjangan merusak kerukunan nasional dan sosial
Menghancurkan Sila ketiga Pacasila.

6. Isu isu sensitif soal suku, ras,antar golongan, agama sampai tetek bengek soal cara beribadah diumbar sbg instrumen kampanye hingga mengancam persatuan.

7. DAFTAR PEMILIH  lama dimana sdh banyak pemilih yg lalu(2014)yg telah meninggal, masih dihitung dan digunakan sementara pemilih pemula yg berusia 17 tahun pd 2018 tidak dianggap, maka  apapun argumennya tetap cacat hukum, cacat akal sehat dan cacat moral.

8.Memasukkan orang gila atau cacat mental berat sebagai pemilih adalah indikasi bahwa dengan cara apapun KPU berupaya menghimpun suara demi kepentingan tersembunyi, termasuk masalah data pemilih  misterius itu. Ini sesuatu yg sangat tidak logis.

9.Sistem pilpres langsung ini sangat mudah diintervensi dg berbagai instrumen yg potensial dikendalikan penguasa apalagi jika berkonspirasi dg pemilik modal ( membentuk oligarki) utk menggolkan oknum yg mereka inginkan. Instrumen seperti : lembaga survei, akademisi mata duitan, intelijen resmi atau partikelir, aparat keamanan, birokrat, parpol, aparat hukum, LSM, Ormas, media massa mainstream, KPU , buzzer dll dengan uang , janji jabatan, permainan pajak, permainan hukum dll bisa
dilibatkan dalam konspirasi.
Aparat keamanan, hukum dan birokrat yang mestinya netral tanpa sadar atau dg sadar sering terbawa arus oleh godaan godaan diatas.

10.Belum terhitung bagaimana teknologi IT yg canggih yg bisa dipermainkan ditambah produksi KTP misterius, formulir misterius dan lain lain sangat tidak kondusif untuk membangun rasa saling percaya dalam sistem pilpres langsung ini.

11. Dengan sikap KPU yg penuh keanehan ( misalnya mendadak mengubah cara debat) dan berbagai indikasi lainnya yang menunjukkan dugaan mengakomodir kepentingan salah satu peserta pilpres, maka bagaimana masyarakat bisa percaya bahwa KPU bisa netral dan sungguh sungguh akan menghasilkan Pilpres yg bisa dipercaya? Situasi ini sungguh akan menimbulkan bencana politik dikemudian hari.

12. Negara sebesar ini dg kaum menengahnya sdh kaya raya, apa maksudnya membuat KOTAK PEMILU/ PILPRES DARI KARDUS. LALU KARDUS DIGEMBOK? Ada apa dibalik akal ini ? ha ha

13. Argumennya bahwa Pilpres langsung menghasilkan demokrasi yg bagus bisa dipertanyakan.
Kalau kita percaya angka ini. Hasil Pilpres  :
Pilpres 2014.
Jokowi 37,30%.
Prabowo 32,88%
Golput dll 29,81%

Pilpres 2019
Jokowi 42,80%
Prabowo 34,32%
Golput dll 22,86%

Kan klo pakai rumus menang secara demokratis harusnya  50+1.

Nyatanya Jokowi menang 2 x masing2 37, 30% dan 42, 80%. Dua kali menang suaranya dibawa 50 % Pemilih.
Artinya mengacu ke rumus menang secara demokratis tidak tercapai sehingga kami menyebutnya ini hasil legal tapi tidak legitimatif
Apa bedanya dengan Pilpres sistem Perwakilan dan Musyawarah di MPR RI yg dianggap kurang demokratis namun hasilnya bisa terpilih Presiden yg lbh berkualitas karena ada faktor UTUSAN GOLONGAN yg bisa jadi "penyaring capres"?


14. Setelah Presiden terpilih berdasarkan pengalaman :
14.1 Tahun pertama sibuk konsolidasi kekuasaan. Partai partai yg dianggap bukan pendukung rezim, diobrak abrik atau dijinakkan dengan segala cara. Mulai terjadi persekongkolan atau bangun oligarki. Ujungnya kepentingan rakyat diselewengkan.
14.2. Tahun kedua, mulai raba raba program apa yg mau dikerjakan yg bisa membuat rakyat segera melihat hasil nyata. Program abstrak misalnya revolusi mental, nation and character building dll disingkirkan meskipun dipidatokan dlm kampanye. Seakan sinetron kejar tayang yg bisa membuat rakyat kagum. Dipilih program praktis misal nya kartu sehat dan yg paling mudah itu infrastruktur,sekalipun dg seruduk gunakan pinjaman dg bunga besar atau gunakan dana yg tidak semestinya utk infrastruktur seperti dana haji, dana pensiun dll. Itu sekedar contoh bagaimana bekerjanya sebuah sistem tanpa tuntunan GBHN.

14.3. Tahun ketiga, mulai bangun pencitraan, banyak selfie dan berbagai acara yg sifatnya konsolidasi untuk terpilih  periode kedua

14.4.Tahun keempat, mulai sibuk bertempur, karena lawan tanding sudah mulai muncul. Praktis setahun petahana sibuk kampanye tersembunyi atau terang terangan.
Beberapa program seperti raskin,bansos dll diolah menjadi modal politik petahana.

Dengan kata lain sistem pilpres langsung ini menghasilkan Presiden yg praktis hanya bekerja untuk bisa dipilih kembali utk periode berikutnya,tak mampu bekerja untuk program jangka jauh yg sifatnya membangun fondasi kuat agar negara bisa kokoh. Membangun dg gali lobang tutup lobang menjadikan banyak negara baru merdeka saja  mampu melewati  Indonesia yg terseok seok oleh tumpukan utang. Membangun yg mudah dan tampak oleh rakyat seperti infrastruktur misalnya, dengan utang besar, hanya mewariskan beban yg berat utk pemerintah berikutnya. Inilah proses menuju kebangkrutan kalau sistem ini dilanjutkan.

15. Penilaian atas prestasi Presiden lima tahun pertama, tdk lagi di depan MPR RI, artinya diserahkan langsung ke rakyat pemilih. Sementara rakyat pemilih banyak yg awam dan seringkali terbawa arus tipuan timses dan lembaga survei dll sehingga intinya evaluasi itu tak ada. Rakyat tak merasa menilai prestasi Presiden 5 tahun lalu.
Tiba tiba ybs bisa jadi Capres lagi tanpa evaluasi kritis rakyat.
Sistem begini tidak atau kurang bertanggung jawab.

16. Sengketa pilpres dengan membawa bertruk truk bukti penyimpangan, belum tentu diperiksa cermat oleh hakim MK, apalagi kalau hakimnya diketahui aparat hukum lainnya punya "catatan gelap" dalam karirnya dan dijanjikan jabatan  tinggi atau setara setelah pensiun oleh salah satu capres yang menang atau dimenangkan.

17. Negara sebesar ini penduduknya, dan seluas ini, dg berbagai latar belakang suku, agama dll melakukan pilpres langsung merupakan experimen demokrasi luar biasa. Sistem ini mudah terjadi kecurangan dan hampir pasti hanya suku yg besar jumlahnya yang bisa jadi Presiden.

18. Betapapun tuduhan terhadap demokrasi ala UUD45 Asli dianggap tidak demokratis, namun faktanya hampir semua parpol, semua ormas dll melakukan pemilihan dg demokrasi perwakilan, musyawarah mufakat( voting hanya utk keperluan teknis setelah calon hasil musyawarah disepakati), dg dijiwai hikmah kebijaksanaan. Tak ada parpol atau ormas yg mengundang semua pemegang kartu anggota parpol/ ormasnya datang ke bilik suara untuk memilih Ketua Umumnya. Lho kultur yg hidup dalam masyarakat kita perwakilan, musyawarah mufakat, dlm hikmah kebijaksanaan kok ujug ujug pilpres nya sistem one man one vote dimana suara 1 orang gila sama dengan suara 1 guru besar. Akal sehat itu dimana ?

19. Sistem pilpres langsung ini karena mahal maka praktis ke depannya hanya akan bisa diikuti orang orang kaya. Dan orang orang kaya atau yang dibacking orang kaya ke depan itu siapa ? Bukankah hanya kelompok tertentu ( orang Tionghoa) yg sangat kaya?Silahkan pikirkan untuk jangka panjang ke depan ini siapa siapa yang akan bisa jadi capres. Salah satu yg sdh berani muncul adalah konglomerat Hary Tanoesoedibjo. Dan saya kira akan segera bermunculan yang lain. Lalu orang orang hebat dari parpol lain, kecuali keluarga SBY yg kabarnya masih kaya, selebihnya mungkin akan lapuk pada saatnya.

20. Kalau mau jujur sistem pilpres langsung yg diduga masuk intervensi pemodal atau bandar, hanya dinikmati hasilnya oleh segelintir aktor yg terlibat dlm skenario. Para bandar sendiri mungkin merasa belum kembali modal hanya dengan 5 tahun. Inilah yg bisa menjelaskan mengapa petahana sering terpaksa ngotot ingin jabatan kedua kali bahkan sekarang belum apa apa sdh pengen ketiga kali. Dan ini sangat mempengaruhi tensi pilpres. Suhu tinggi dan rawan keributan.


II. SISTEM PILPRES PERWAKILAN MUSYAWARAH DI MPR ALA UUD 45

1. Sudah ada Wakil Rakyat Terpilih, tinggal laksanakan musyawarah dan memilih Presiden.

2. Mata seluruh rakyat fokus ke gedung MPR Senayan. Kontrol rakyat lebih mudah jika ada penyimpangan.

3. Tidak mudah melakukan penyuapan karena :
3.1. Ada utusan Golongan misalnya Panglima TNI, Ketum Muhammadiyah yg jd filter atau kontrol moral.
3.2. Ada CCTV disemua sudut ruangan gedung

3.3. Bila perlu semua HP dipantau oleh KPK. KPK punya alat canggih itu.

3.4. Isolasi anggota MPR seminggu sebelum Pilpres atau saat Sidang Umum sedang berlangsung.

3.5. Pasti ada tokoh bangsa yg dicalonkan. Pendukungnya pasti memantau semua gerak gerik anggota MPR dan mengwasi seluruh proses Pilpres.

3.6. Ormas, LSM, Mahasiswa dll tertuju matanya ke Gedung MPR ikut mengawasi jalannya Pilpres.

3.7. Tidak semua anggota MPR bisa disuap. Pasti banyak juga yg punya nurani.

4. Dengan sistem Pilpres Perwakilan Musyawarah ala UUD45 Asli ini, dijamin tidak akan ada calon yg tidak berkualitas, karena Panglima TNI, Ketum NU, Ketum Muhammadiyah dll sbg utusan Golongan akan malu mengajukan capres dibawah standar kualitas mereka.

5. Hampir semua parpol dan ormas melakukan pemilihan Ketumnya lewat proses perwakilan/ musyawarah. Mengapa ketika memilih Presiden mesti Pilpres langsung?
Padahal mereka tak pernah mengundang semua pemegang kartu anggotanya datang mencoblos saat memilih Ketumnya?

6. Output sistem Perwakilan Musyawarah umumnya melahirkan Pemimpin  berkualitas, kecuali yg musyawarah pakai duit ala preman.
Dalam contoh Muhammadiyah dan PKS, mereka membuktikan prestasi organisasinya membaik.
7. Dari pembiayaan negara dan pembiayaan pribadi capres boleh dibilang minim dibanding Pilpres Langsung.

8. Presiden Terpilih tidak punya hutang budi kepada Taipan atau Konglomerat, yg menjadi sebab Presiden tersandera, sehingga kebijakannya pro konglomerat dan lupa pada rakyat.

9. Tidak terjadi pembelahan yg mengarah pada perpecahan rakyat seperti dampak Pilpres Langsung.
Sehingga Persatuan tetap terjaga dan terpelihara. Aparat keamanan bisa konsenterasi  ke hal hal yg lbh produktif bukan hanya mengawasi rakyat utk ditangkap.

(gwa-kb-pii-jatim).

Slot Dana Slot Luar Negeri Slot Maxwin Slot Thailand Slot777 Slot Dana Slot Luar Negeri Slot Maxwin Slot 4d Slot777 Slot Thailand AYAMJP Slot Dana Slot Luar Negeri Slot Maxwin Slot 4D Slot 777 Slot Server Thailand AYAMJP Robopragma Robopragma CUPANGJP CUPANGJP Slot Kamboja Slot Luar Negeri Slot Maxwin Slot Thailand https://kecmeliau.sanggau.go.id/dana/ https://kecmeliau.sanggau.go.id/kamboja/ https://kecmeliau.sanggau.go.id/luar/ https://kecmeliau.sanggau.go.id/maxwin/ https://kecmeliau.sanggau.go.id/rusia/ https://kecmeliau.sanggau.go.id/slot777/ https://kecmeliau.sanggau.go.id/thailand/ https://sirefka.jayapurakota.go.id/dana/ https://sirefka.jayapurakota.go.id/luar/ https://sirefka.jayapurakota.go.id/maxwin/ https://sirefka.jayapurakota.go.id/sl777/ https://sirefka.jayapurakota.go.id/sto2/ https://sirefka.jayapurakota.go.id/thailand/ https://minorrahman.sch.id/blog/dana/ https://minorrahman.sch.id/blog/luar/ https://minorrahman.sch.id/blog/maxwin/ https://minorrahman.sch.id/blog/s4d/ https://minorrahman.sch.id/blog/sl777/ https://minorrahman.sch.id/blog/thailand/ https://tumurunmuseum.org/jepang/ https://tumurunmuseum.org/kamboja/ https://tumurunmuseum.org/luar/ https://tumurunmuseum.org/rusia/ https://tumurunmuseum.org/thailand/ https://dana.tv.moestopo.ac.id https://luar-negeri.tv.moestopo.ac.id https://maxwin.tv.moestopo.ac.id https://slot4d.tv.moestopo.ac.id https://slot777.tv.moestopo.ac.id https://thailand.tv.moestopo.ac.id https://elearning.polsa.ac.id/rusia/ https://www.moe.go.th/dana/ https://www.moe.go.th/luar/ https://www.moe.go.th/maxwin/ https://www.moe.go.th/sl777/ https://www.moe.go.th/sto2/ https://www.moe.go.th/thailand/ https://boalemokab.go.id/amerika/ https://boalemokab.go.id/eropa/ https://boalemokab.go.id/rusia/ https://boalemokab.go.id/luar/ https://boalemokab.go.id/jepang/ https://boalemokab.go.id/macau/ https://boalemokab.go.id/taiwan/ https://boalemokab.go.id/thailand/ https://boalemokab.go.id/scatter-hitam/ https://boalemokab.go.id/robopragma/ https://boalemokab.go.id/sl777/ https://boalemokab.go.id/stwo/ https://boalemokab.go.id/dana/ https://boalemokab.go.id/qris/ https://boalemokab.go.id/ayamjp/ https://boalemokab.go.id/cupangjp/ https://boalemokab.go.id/istanapetir/ https://boalemokab.go.id/robopragma/ https://butonselatankab.go.id/amerika/ https://butonselatankab.go.id/ayamjp/ https://butonselatankab.go.id/china/ https://butonselatankab.go.id/cupangjp/ https://butonselatankab.go.id/dana/ https://butonselatankab.go.id/eropa/ https://butonselatankab.go.id/istanapetir/ https://butonselatankab.go.id/jepang/ https://butonselatankab.go.id/kamboja/ https://butonselatankab.go.id/luar/ https://butonselatankab.go.id/macau/ https://butonselatankab.go.id/qris/ https://butonselatankab.go.id/robopragma/ https://butonselatankab.go.id/rusia/ https://butonselatankab.go.id/scaterhitam/ https://butonselatankab.go.id/sl777/ https://butonselatankab.go.id/stwo/ https://butonselatankab.go.id/taiwan/ https://butonselatankab.go.id/thailand/ https://bengkuluprov.go.id/sdana/ https://bengkuluprov.go.id/sluar/ https://bengkuluprov.go.id/smax/ https://bengkuluprov.go.id/stto/ https://bengkuluprov.go.id/s777/ https://bengkuluprov.go.id/sthai/ https://bengkuluprov.go.id/sqris/