SURABAYA, kanalsembilan.net - Penanganan limbah rumah tangga di masa pandemi cukup menghawatirkan, apalagi bertambah dengan adanya limbah infeksius yang dihasilkan, yakni limbah yang terkontaminasi organisme patogen (bakteri virus jamur dan protozoa) seperti bekas disinfektan, popok disposable, masker disposable, obat obatan kadaluarsa, health test kit dan jarum suntik. Limbah infeksius ini dapat menjadi sumber penyebaran penyakit baik pada anggota keluarga, petugas kebersihan serta masyarakat sekitar.
Prof. Dr. Ririh Yudhastuti drh, M. Sc dari Universitas Airlangga di sela Webinar inisiasi pendampingan pengelolaan limbah B3 domestik di era pandemi covid 19 di Kota Surabaya, Sabtu (4/9/2021) mengatakan, limbah yang dihasilkan di rumah dengan orang tanpa gejala atau positif covid-19 seperti masker medis, sisa makanan dan pembungkus makanan juga berpotensi menularkan virus corona pada orang lain yang kontak dengan limbah tersebut. Sehingga diperlukan pembuangan limbah yang aman dan efisien.
Menurut Prof. Ririh, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) memberikan pembinaan kepada masyarakat dalam penanganan sampah di tingkat numah tangga, tetapi tidak memberikan pembinaan tentang cara penanganan sampah infeksius.
Minimnya informasi di masyarakat terkait pengelolaan sampah menular yang aman menjadi kendala selama pandemi covid-19 di masyarakat.
Pengelolaan limbah infeksius sebagai Upaya untuk memperkuat Pilar 4 STBM, yaitu penanganan limbah rumah tangga dilakukan melalui kegiatan pengelolaan limbah padat di rumah tangga yang aman, dengan mengedepankan prinsip mengurangi (reduce) atau memakai ulang (reuse).
Menurut Prof Ririh, salah satu tugas Keluarga Ketika pandemi covid-19 adalah saling mengingatkan sesama warga untuk menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan. Misalnya, mengelola limbah infeksius dengan aman agar tidak terjadi penularan COVID-19. Tujuan pengelolaan limbah infeksius COVID-19 adalah mencegah penularan COVID-19
Prof. Ririh juga menekankan pentingnya mengelola limbah infeksius secara khusus, seperti Mengurangi kemungkinan limbah infeksius (benda tajam merusak wadah) berceceran saat ditangani, Mengurangi kemungkinan penularan kepada pihak yang menangani limbah infeksius dan Memudahkan petugas kebersihan untuk mengenali adanya limbah infeksius yang akan ditangani sehingga dapat diperlakukan secara khusus.
Prof. Dr. Mohd Talib Latif, BSc. M.Sc PhD. dari Universiti Kebangsaan Malaysia mengatakan, penggunaan plastik di masyarakat juga belum bisa dihilangkan, namun upaya mengurangi penggunaan plastik ini perlu dilakukan untuk terhindar dari dampak negatif yang muncul.
Plastik awalnya memang diciptakan untuk memudahkan manusia, namun jumlahnya yang kian banyak dan tanpa pengelolaan yang tepat akan membahayakan bagi manusia.
Limbah plastik saat menjadi mikro plastik akan bergerak ke atas udara atau juga mengendap di lautan. Saat mikro plastik yang bentuknya sangat halus ini masuk ke lautan, akan dimakan oleh ikan, kerang dan hewan laut lainnya. Kemudian ikan tersebut akan dimakan manusia, lalu masuk ke dalam tubuh ke organ paru paru, sehingga akan menyebabkan berbagai penyakit.
Efek mikro plastik ini bisa menyebabkan penyakit jantung, kanker dan lainnya bagi manusia, juga bahaya bagi lingkungan dan kesehatan.
Kebiasaan masyarakat membakar sampah juga memunculkan dampak negatif, selain menyebabkan polusi dan menurunkan kualitas udara, juga menyebabkan infeksi saluran napas, gangguan syaraf, jantung,kanker, orang yang kulitnya terpapar sampah secara langsung juga berpotensi menimbulkan reaksi berupa alergi yang menjadi pintu masuk kuman.
Menurut Prof Talib, cara terbaik yang bisa dilakukan masyarakat saat ini adalah mengurangi penggunaan plastik, misalnya tidak memakai tas plastik melainkan memakai tas dari kain yang bisa dipakai kembali. Selain itu, buanglah plastik pada tempat khusus yang disediakan agar bisa diolah dengan aman. Jib